Selasa, 23 November 2010

DIALAH PELEPAS DARI KESUSAHAN


            Pada waktu aku pergi menunaikan  ibadah haji, dalam perjalananku di padang pasir aku melihat seekor burung  gagak yang sedang terbang sedangkan dimulutnya terdapat sepotong roti. Aku berkata dalam hati:’Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan burung ini, karena ia terbang dengan membawa sepotoong rori.’ Aku mengikuti burung ini sehingga sampai kesabuah gua. Aku pun masuk ke gua tersebut. Tiba-tiba akumenemukan seorang laki-laki yang sedang terkat dengan kuat sedangkan sepotong rotiterletak di depannya. Aku bertanya kepada laki-laki tersebut:’Siapakah anda dan darimanakah anda?’ Dia menjawab:’Aku adalah seorang yang hendak pergi haji, para perampok telah merampas semua harta dan barang-barangku, kemudian mengikat dan membuangku ketempat ini sebagaimana yang engkau lihat, lalu aku bersabar dalam menahan lapar berhari-hari,.setelah itu aku menghadap berdoa dengan sepenuh hatiku kepada Allah:’Wahai yang telah berkata dalam kitab-Nya:
            “Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan-darurat-apabialah dia bedoa kepadaNya?”(an-Naml:62)
            Aku adalah orang yang dalam kesulitan, maka kasihanilah aku.’ Kemudian Allah mengutus burung gagak ini untuk membawa makanan untukku.”
            Malik berkata:’Lalu aku melepaskan semua ikatannya, kemudian kami terus berjalan berdua sehingga kami mersa haus sekali ditengah padang pasir. Kemudia aku melihat seekor rusa. Kami mendekati rusa tersebut dan ia segera lari tidak jauh dari tempat tersebut. Ternyata dari tempat rusa tersebut terdapat sebuah sumur yang berair didasarnya. Lalu kami segerah turun kebawahnya dan minum airnya. Kami berniat untuk tidak pergi sehingga dapat memberi minum rusa tersebut. Kami pun mengali sebuah lubang di atas sebuah sumur tersebut dan mengisihnya dengan air sampai penuh. Kemudian kami segerah menghindar dari lubang itu dan dari jauh kami memperhatikan rusa itu minum sampai puas. Ketika itu, tiba-tiba aku mendengar suara berbisik dari telingaku:”Wahai Malik, temanmu telah berdoa kepada kami dengan sepenuh hatinya, maka kami pun mengabulkan permintaannya dan memberinya makan. Kemudian kami membuka ikatannya serta memberinya minum, sedangkan rusa tersebut bertawakal kepada kami, maka kami pun memberinya minum.”2

Indeks
2 Mempertajam kepakaan spiritual 145-146

Minggu, 21 November 2010

AKU AKAN MENAMBAH JIKA KAMU TAMBAH


            Seorang saleh berkata:”dulu, di kota Bashrah terdapat seorang lelaki yang bernama  Zakwan. Dia adalah seorang pemimpin pada zamannya. Ketika dia meninggal dunia, tidak seorang pun penduduk Bashrah yang tidak menjenguk jenazahnya.
            Ketika semua penziarah telah pergi, aku tertidur di dekat kubur tersebut. Dalam mimpiku tiba-tiba aku melihat ada seorang  malaikat yang turun dari langit dan berkata : “Wahai para ahli kubur, berdirilah karena amalmu. Maka kubur-kubur tersebut terbuka sedangkan diantara mereka itu terdapat Zakkwan yang memakai dua perhiasan yang sangat indah dan tidak dapat diungkapkan keindahannya dan diatas kepalanya terdapat sebuah mahkota yang terbuat dari  emas merah yang tersusun padanya bermacam-macam  mutiara dan batuh mulia. Kemudian aku berdiri sambil mengucapkan salam keselamatan  dan kesuksesan kepdanya . akan tetapi, aku memperhatikan ada sebuah bintik hitam dimukanya, maka aku bertanya kepadanya tentang bintik hitam tersebut, kemudian dia menangis sejadi-jadinya dan berkata.
            “Wahai saudaraku, berapa hari sebelum kematianku, aku berjalan-jalan di antara jalan-jalan kota Bashrah, kemudian aku menyaksikan seorang gadis yang sangat cantik yang belum pernah aku melihat mata yang lebih indah dari matanya. Aku bertanya kepadanya:”Wahai wanita, apakah kamu tidak mempunyai suami?” Dia menjawab:’ wahai orang tua mengapa kamu bertanya seperti itu kepadaku?’ Aku menjawab:’ karena  dua  matamu yang sangat indah.’ Dia berkata:’jika kamu sunguh-sunguh, ikutilah aku.’ Aku pun mengikutinya sehingga sampai ke sebuah rumah. Dia pun masuk dan keluarlah dari rumahnya itu seorang wanita tua, lalu ia pun mengizinkan saya untuk masuk. Setelah  sapmpai di dalam rumah, wanita cantik tersebut kembali berkata kepada saya dari balik tirai:’ Wahai orang tua, apakah kamu sunguh-sunguh untuk dan tetap dalam perkataanmu tadi?’ Aku menjawab:’Benar, dia berkata:’ Demi Allah, sunguh aku tidak akan memperdaya (memfitnah) seorang muslim pun sesudahmu.’ Kemudian dia memasukkan (mencongkelkan) tanggannya kedalam kedua matanya dan melemparkannya kepda saya, seraya berkata:’(Dua mata) inilah penyebab (fitnah) terperdayanya kamu dariku, kini aku telah melemparkan dan menyerahkan kepadamu. Maka, pergilah kamu dengan izin Allah.’ Setelah itu aku pulang ke rumah denagn cepat dan masuk ke mihrabku (tempat ibadah khususku). Aku terus menagis dan meraung sehingga maut menjemputku. Ketika telah ditiup terompet kebahagiaan, kami pun bangun dari kubur masing-masing dan kami berkeliling disepuatar ‘Arsy. Seorang malaikat berseru:’Wahai para mujahidin (pejuang), sesungguhnya Allah malu untuk melakukan hisab (perhitunggan amal) terhadapmu. Maka, silahkanlah kamu langsung menyeberangi titian shiratul mustaqim sedangkan aku termasuk di antara mereka. Ketika mereka telah selesai meyeberangi titian shirat, tertinggallah aku. Kemudian aku berseru:’Wahai teman-temanku!’ akan tetapi, mereka tidak memperdulikan seruanku. Ketika itu aku yakin bahwa aku akan menemui kehancuran. Dalam keadaan yang mencemaskan itu, tiba-tiba datanglah sebuah lidah api neraka jahanam membakar  wajahku sebagaimana yang engkau lihat dan seorang penyeru menyeruku:’Wahai Zakwan, ini adalah hari pembalasan, satu pandangan dengan satu pembakaran, sekirahnya kamu menambah (pandanganmu) niscaya kami juga akan menambah (azab)nya.’’’1
Indeks
1 Mempertajam kepekaan spritual, hlm 31-33


Berbagi Solusi Mereka



Jika ada seseorang sunguh-sunguh mencintaimu, ia benar-benar memperjuangkan cintamu dengan tulus dan ikhlas. Bagaimana menurut pendapatmu dengan kondisi yang terjadi berikut ini:
a)      Apakah perasaannya jika kamu menghianati cintanya?
b)      Bagaimana perasaanmu terhadap dia?
c)      Apa yang harus dilakukan  jika kamu mulai mencintainya tapi semuanya telah terlambat?
d)     Bagaimana jika Kamu  mencintai temannya dan tidak mencintai dia?

Tangapan 1 (Citra)

a). Jika ia benar-benar mencintai orang itu 1000 kesalahan orang dia sayangi pasti akan ia maafkan
b). Sejujurnya kasian tapi kalau memang tidak cinta, ia harus jujur karena perasaan tidak bisa dibohongi
c). Penyesalan adalah hal yang  manusiawi,  tapi kenyataan harus diterima artinya bukan jodoh
d). Kalau bisa biarlah cinta itu dipendam demi menjaga perasaannya.

Tangapan 2 (Nur Fitri)

a).  Pasti kecewa kalau cinta yang tulus dihianati dan dia akan lebih hati-hati dalam mencintai seseorang serta tidak akan ada kesempatan yang kedua kali untuknya karena penghianatan merupakan hal yang sangat sulit untuk diterima.
b). Perasaan terhadap orang yang menghianti pastinya sakit dan marah serta perasaan kesel jadi satu karena hal tersebut.
c). Berarti ia  bukan jodoh kita karena cinta memang tidak harus memilki dan perasaan kehilangan dan penyesalan ada saat ia sudah mencintai orang lain.
d). Sebaiknya kita jujur pasti sakit buat dia dan yakinlah kejujuran lebih penting dari apa pun.

Tangapan 3
a)      Walau pun sakit dengan ketulusan cinta yang dimiliki ia akan berusaha untuk bahagia melihat yang dicintainya bahagia dan dengan kondisis apa pun ia akan berusaha menunjukan cintanya walau ia tidak tahu dan akhirnya usahanya di akhiri dengan tawakal kepada Allah swt.
b)      Harus jujur, beri ia penjelasan dan hubungan silahhturahmi kalau bisa tetap terjalin
c)      Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, maka berpasrah kepada Allah adalah salah satu jalan terbaik.
d)     Berusaha untuk memahami perasaannya dan perasaan diri sendiri lalu berusaha mewujudkan apa yang ada dihati tanpa menyakiti perasaannya dan kalau memang ia mencitaimu pasti ia akan menerimah hal tersebut jika tidak artinya ia cuma inggin menuruti keegoisannya.

Minggu, 14 November 2010

Uang Gaji Abu Bakar R.a. Dari Baitul Mal


            Abu Bakar r.a adalah seorang pedagang kain. Dan melewati hari-harinya dengan berbisnis itu. Ketika beliau diangkat menjadi khalifah, sebagaimana biasanya beliau pun pergi ke pasar pada pagi hari dengan membawa beberapa kain untuk dijual di sana.
            Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Umar r.a. umar pun bertanaya,”Hai Abu bakar, mau kemana engkau?”
“Ke pasar,” jawab Abu Bakar.
Umar berkata,”Apabila engkau sibuk dengan perdaganganmu, lalau bagaimana dengan urusan kekhalifahan.”
            Abu Bakar berkata,”kalau demikian, bagaimana aku menafkahi anak dan istri aku?”
Umar r.a. berkata, “Mari kita pergi menemui Abu Ubaidah yang diberi oleh Rasulullah saw. Gelar Aminulummah (orang kepercayaan umat). Dia akan menetapkan gaji bagimu dari Baitul Mal.”
            Keduanya pun pergi menemui Abu Ubaidah r.a maka Abu Ubaidah menetapkan tunjangan untuk Abu Bakar r.a sebagaimana yang ditetapkan bagi setiap muhajir tanpa pengurangan dan penambahan.
            Pada suatu ketika, istrinya memohon kepada Abu Bakar r.a, “Aku ingin makan  manisan.”
            Abu Bakar r.a berkata,”Aku tidak punya uang untuk membelinya.”
Istrinya berkata,”kalau engkau setuju, aku akan menyisihkan sedikit uang dari pembelanjaan setiap hari, sehingga dalam beberapa hari uang akan terkumpul.” Maka Abu Bakar Shiddiq pun mengizinkannya.
            Istrinya telah menyisihkan uang sedikit demi sedikit, sehingga dalam beberapa hari uang itu sudah terkumpul. Istrinya menyerahkan uang itu kepada Abu Bakar untuk dibelikan bahan-bahan manisan. Abu Bakar r.a berkata, “ Dari pengalaman ini sekarang aku tahu bahwa, kita mendapatkan gaji yang berlebihan dari Baitul Mal.” Oleh karena itulah uang yang dikumpulkan istrinya dikembalikan ke Baitul Mal dan dia mengurangi gajinya untuk selanjutnya sebanyak yang dikumpulkan oleh isterinya setiap hari.
            Hikmah
Walaupun dia seorang khlifah dan tokoh masyarakat, namun ia tetap ingin berdagang. Karena sebelumnya dia mencukupi segala keperluan keluarganya dari hasil berdagang, sebagaimana kita ketahui kisahnya yang telah diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Aisyah r.ha., bahwa ketika ia diangakat menjadi khalifah, ia berkata,”kaumku telah mengetahui, bahwa uangku dan perdaganganku telah mencukupi keluargaku, tetapi sekarang aku telah disibukkan denagan urusan kekhalifahan untuk menyelesaikan urusan kaum muslimin, sehingga tidak ada waktu bagiku untuk berdagang oleh karena itu nafkah keluargaku telah ditetapkan dari Baitul Mal.”
            Namun begitu, ketika hampir meninggal dunia, Abu Bakar r.a berwasiat kepada putrinya,…Aisyah r.ha…”kembalikanlah, barang-barang keperluanku yang telah diambil dari Baitul Mal kepada khalaifah penggantiku.”
            Anas r.a berkata,”Ketika Abu Bakar meniggal, dia sama sekali tidak memiliki dinar atau dirham, kecuali hanya meninggalkan seekor unta betina, sebuah mangkuk dan seorang hamba sahaya. Dalam riwayat lain hanya satu permadani. Ketika barang-barang itu telah sampai ditangan Umar r.a., Umar berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Dia telah menunjukkan jalan yang sulit diikuti oleh penganti-pengantinya.”

Refrensi
Zakariyya al-Kandahlawi,M.M.Fadhilah A’mal.Pustaka Ramadhan:Bandung

PERNIKAHAN YANG BERKAH


Abdullah bin Abu Wada’ah adalah seorang laki-laki yang sangat miskin, sehingga kemiskinanan itu tercermin dari garis-garis yang ada di mukanya. Siapa pun yang melihatnya akan berkata kepadanya: “kamu adalah seorang yang miskin!”
Abdullah bin Abu Wada’ah selalu dan terus hadir pada majleis pengajian guru besarnya, yaitu imam masjid Nabawi Madinah dan merupakan guru besarnya, yaitu imam masjid Nabawi Madinah dan merupakan guru besar pada masanya, Said bin al-Musayyib. Dari gurunya inilah dia mereguk ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Setiap kali dia minum dari mata air ilmu yang murni dan bersih ini, dia semakin haus untuk terus merenguknya! Oleh karena itu, dia semakin rajin datang ke majlis pengajian gurunya, namun dia tidak pernah kenyang dengan ilmuh dan hikmah yang mengalir dari lidah imam Besar, Said bin al-Musayyib. Itu semua seakan-akan menjadikan Abdullah bin Wada’ah mendapatkan madu dan air surga yang memuaskannya sehingga rasa persaudaraan dan kasih sayang antara murid dan guru itu.
Hari-hari terus berlalu sedangkan syaikh Sa’id bin al-Musayyib terus menambahkan ilmu dan hikmah ke dalam dada muridnya sehingga cahaya kalam Allah dan mutiara sunnah Nabi terpatri di hati muridnya. Hasilnya, Abdullah bin Wada’ah menjadi seorang murid yang benar-benar rindu dan cinta akan ilmu dan hikmah serta hormat dan ikhlas kepada gurunya;
Imam besar, Sa’id bin al-Musayyib adalah seseorang yang dikaruniai Allah harta yang banyak, ilmu yang luas, serta nasab yang mulia karena dia adalah seorang Suku Quraisy asli. Dia pun seorang yang wara’, zuhud dan bertakwah. Orang-orang sudah tahu bahwa dia telah pergi naik haji ke Baitullah sebanyak lebih dari 30 kali dan selama 40 tahun tidak pernah ketinggalan mendapatkan takbiratul ihram pada setaip shalat jama’ah. Dia tidak pernah tidak berada pada shaf pertama selama 40 tahun tersebut.
Perbedaan materi tidak menjadi penghalang pergaulan anatara guru dan murid tersebut, bahkan semua itu semakin mempererat rasa persaudaraan yang ikhlas lillahi ta’ala yang meyatukan mereka dalam lingkaran cahaya ilahi, sehingga mereka merasa bahwa salah satu dari mereka berdua adalah saudara dari yang lain.
Syaikh Sa’id bin al-Musayyib mempunyai seorang putri yang terkenal sebagai seorang mukminah yang sempurnah karena imannya yang teguh dan ilmunya yang luas tentang Kitabullah dan sunnah Rasulullah saw. Amirul Mukminin, Abdullah bin Marwan atau Hisyam bin Abdul Malik telah mendengar kabar putrinya tersebut dan dia ingin  meminang putri syaikh untuk anaknya atau putra mahkota kerajaanya. Tidak disangkal lagi, Khalifah tentu telah berfikir dengan matang dalam memilih siapa yang cocok menjadi istri putra mahkota yang akan mengisi istanahnya dan akan menjaga nama baiknya dan nama baik  para kakeknya, raja-raja dari Bani Umaiyah. Dia pun mencari wanita berilmu yang akan menjadi pendamping putra mahkota. Semua itu akan menciptakan sebuah pagar yang menjaganya denagan ilmu pengetahuannya. Dia telah menemukan apa yang dicarinya tersebut pada putgri Abu Muhammad Sa’id bin al-Musayyib.
            Datanglah seorang utusan dari Amirul Mukminin kepada Sa’id bin al-Musayyib untuk menyampaikan keinginan Amirul Mukminin tersebut. Akan tetapi, Sa’id hanya menjawab: “Tolong sampaikan kepada Amirul Mukminin bahwa saya menolak pinangan ini.” Utusan itu berkata:” Apa alasan Anda?” Dia menjawab:”Karena putra mahkota adalah laki-laki yang tidak terpuji prilakunya selama ini.” Kemudian utusan tersebut mulai merayu: “Apakah engkau menolak kekuasaan, kemegahan, kekayaan dan harta benda yang melimpah ruah? Apakah engkau menolak kekuasaan Amirul Mukminin?” Setelah gagal merayu, utusan itu memakai kekerasan: “Saya khawatir, apabilah anda merasakan kekerasan hukuman Amirul Mukminin yang tidak terpikul oleh manusia akibat siksaan Amirul Mukminin yang tidak terpikul oleh manusia akibat siksaan dan kehinaannya.” Sa’id menjawab:”Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman……”(al-Hajj:38)
            Cara apapun tidak dapat melunakkan kehendak Sa’id bin al-Musayyib dalam menolak perkawinan ini.
            Dengan kecerdasan ilmu dan cahaya ketakwaannya, imam besar itu dapat memahami bahwa tujuan khalifah meminang anaknya adalah untuk memasukkannya ke dalam “sangkar emas” di istananya. Dia menyadari bahwa putrinya tidak akan merasakan kenikmatan istana denagan kain sutra, emas, perak dan pembantu,  tetapi akan masuk ke dalam neraka Bani Marwan yang menyala dari lidah mereka. Dia pun meyadari bahwa kelak Allah pasti akan meminta pertanggung jawabannya tentang anaknya ketika Allah mendirikan dan menghadapkan Amirul Mukminin dan anak-anaknya serta para pembantunya dari ulah perbuatan mereka bersam orang-orang yang zhalim, perampaas dan para pembaut kerusakan di muka bumi. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak megawinkan anaknya dengan anak sultan atau dengan tongkat kebesaran.
            Pada hari selanjutnya, ketika guru besar itu sedang menyampaikan pengajiannya di masjid Nabi saw., dia tidak menemukan seorang muridnya, yaitu Ibnu Abu Wada’ah selama tiga hari berturut-turut dan dia pun tidak mengetahui sebab ketidakhadirannya.
            Ketika Sa’id sampai di rumahnya, dia bertemu dengan putrinya yang memancarkan sinar ilmu yang dipadu dengan sinar kecantikannya. Dia segera bertanya kepada ayahnya: “Wahai ayah, apa tafsiran dari ayat Al-Qur’an ini:
‘….”Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan tiadalah baginya bagian (yang menyenagkan) di akhirat.’(al_Baqarah:200)
Jadi apakah kebaikan dunia itu, wahai ayah?
Dia menjawab: “wahai anakku, ia hanyalah boleh disebut apabilah disebut beriringan denagan kebaikan akhirat sedangkan aku tidak melihat kebaikan dunia untuk laki-laki kecuali dengan wanita yang saleh dan tidak pula untuk wanita kecuali dengan…” Ketika itu, belum sempat beliau menyumpurnakan perkataannya, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu dan ternyata dia adalah Abdullah bin Wada’ah, murid yang disayanginya.
            Syaikh memulai bertanya kepada mjuridnya itu:” Kemana saja kamu selama ini, wahai Ibnu Abu Wada’ah?” Dia menjawab: “Istriku meninggal dunia, hal itu cukup menyibukkankku dari menghadiri majlismu dan aku mohon maaf.”
            Syaikh berkata:”Mengapa kamu tidak memberitahu kami sehingga kami dapat bertakziah dan ikut membantumu berbagi rasa?” Kemudian Syaikh itu menasehatinya panjang lebar dan menerangkan kepadanya tentang surga, neraka dan hisab kubur sehingga seakan-akan dia melihat gambaran kubur yang dihuni istrinya, sehingga air matanya pun mengalir.
Setelah Ibnu Abu Wadda’ah pergi, pembicaraan antara Syaikh dan putrinya dilanjutkan kembali:”…..dan tidak pula untuk wanita kecuali denagan laki-laki yang”, maka seuana menjadi hening sedangkan di kepala Syaikh terwujud bayangan dan gambaran Abdullah bin Abu Wada’ah.
Setelah itu, syaikh bertanya kepada muridnya tersebut:”Apakah kamu mau kawin lagi dengan wanita yang lain?”Ibnu Abu Wada’ah menjawab:” Wahai Tuhanku, semoga Allah merahmati Anda, apalah yang aku miliki dari dunia sekarang ini dan siapakah yang mau kawin denganku sedangkan aku hanya mempunyai uang tiga dirham?” Syaikh menjawab:”saya!”
Pada saat itu Ibnu Abu Wadda’ah menceritakan perasaannya dan berkata:”Begitu aku mendengar dari Sa’id perkataan “saya”, maka aku berkata kepada diriku sendiri:’Apakah kiranya yang dimaksud oleh Syaikh? Barangkali dia bermaksud membantuku dengan sedikit harta agar aku dapat menemukan seorang wanita yang sesuai dengan sedikit harta agar aku menemukan seorang wanita yang sesuai dengan keadaan keuanganku, karena aku adalah seorang fakir yang tidak mempunyai harta kekayaan…..atau barangkali dia bermaksud mencarikan untukku seorang wanita miskin pula yang akan relah menikah denganku.’ Ibnu Abu Wada’ah melanjukan perkataannya:”Ketika aku tengelam dalam perkataan “saya” dari Syaikh, seakan-akan segala yang ada di alam menyanyikan lagu “saya”…..dan bahkan terbayang olehku bahwa Sa’id meletakkan tangannya dia atas tangganku di depan khalyak ramai di masjid Nabi saw. Kemudian dia membaca Bismilah dan memuji-Nya serta bershalwat kepada Nabi saw dan berkata: ‘wahai kaum muslimin bersaksilah kamu bahwa Sa’id bin al-Musayyib telah menikahkan putrinya Fulanah dengan Abdullah bin Abu Wada’ah sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw dengan mahar seharga tiga dirham. Kemudian dia menutup ucapannya dengan salam kepada Rasulullah saw dan berdoa dengan kebaikan kepada Allah.”
Setelah itu, Sa’id duduk sambil menerangkan makna dari hadits Nabi saw:
Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah untuknya kecuali kefakiran, barang siapa yang menikahi seorang wanita karena nasabnya, maka Allah tidak akan menambah untuknya kecuali kehinaan, dan barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena agamanya, maka Allah akan memberkahi laki-laki itu dengannya dan akan memberkati wanita itu dengannya
25 Hadits Dha’if Jiddan, dikeluarkan oleh Abu Na’im dalam kitab Al-Hidayah,5;
                pada waktu Magrib, Abdullah bin Wada’ah sedang berada dirumahnya yang sederhana untuk berbuka puasa. Tiba-tiba dia mendengar beberapa ketukan di pintu, keudian dia berkata:’siapaka yang mengetuk pintu?” Pengetuk menjawab: “Sa’id” aku telah menyangkah bahwa Sa’id manapun yang mengetuk pintu rumahku pada malam ini maka tidak lain dan tidak bukan adalah Sa’id bin Musayyib. Kemudian aku membuka pintu dalam keadaan takut dancemas karena barangkali Syaikh berbalik dari perkataan yang telah diucapkannya atau barangkali wanita yang dia carikan tersebut menolak untuk menikah denaganku. Akan tetapi, ketika aku membuka pintu tiba-tiba aku melihat Sa’id datang bersama denagn putrinya yang terlihat dengan pakaian pengantinnya sedangkan bersamanya ada beberapa gadis yang membawah hadiah-hadiah. Kemudian Syaikh berkata:” Sekarang ini kamu adalah seorang laki-laki yang sedang membujang (duda), maka hendaklah engkau menikah karena aku khawatir pada malam ini engkau akan tidur sendirian dan inilah istrimu…..” Setelah itu dia meningalkan tempatku dan pulang ke rumahnya sedangkan aku bersama dengan sang pengantin tetap berada dirumah suaminya.
            Sebelum itu aku sudah mengetengahkan makanan yang akan aku makan untuk berbuka puasa yang terdiri atas kacang, minyak, sepiring gandum dan segelas air putih (bening). Pada waktu makan aku agak menjauh dari pandangan pengantinku agar untuk pertama yang dilihatnya di rumahku bukanlah makanan yang sangat sederhana ini. Kemudian aku naik keatas atap rumaku dan berteriak:”Wahai fulan! Wahai fulan!” Kemudian sebagian ada yang menjulurkan kepalanya kepadaku dari jendelah mereka dan berkata:”Ada apa, wahai Abdullah?” aku menjawab: “Saya bersaksi kepada kalian bahwa Sa’id bin Musayyib telah menikahkan putrinya untukku dan sesungguhnya dia sedang berada di rumahku sekarang ini sejak malam ini. Hal ini sengaja aku sampaikan kepada kalian supaya kalian tidak menyangka hal- hal yang tidak baik kepada saya apabilah kalian mendengar dirumahku ada suara wanita.” Sebagian mereka menjawab: “Apakah kamu sedang bergurau, wahai Ibnu Wada’ah?” Dan sebagian lain berkata:” Apakah dia sudah gila? Bagaimana mungkin dia akan menikahkan putrinya denganmu sedangkan dia sudah menolak lamaran putra mahkota Amirul Mukminin?” Aku berkata:”Syaikh telah menepati janjinya kepadaku dan sungguh putrinya itu sedan berada  di rumahku saat ini!” Kemudian sebagian laki-laki dari tetanganya mengutus istri-istri mereka untuk memeriksa kebenaran perkataan Ibnu Abu Wada’ah. Mereka pun menemukan putri Sa’id di rumahku, lalu mereka kembali kerumah masing-masing untuk mengatakan kepada suami mereka bahwa putri Sa’id benar-benar telah menjadi istri Ibnu Abu Wada’ah. Setelah itu semua laki-laki dan p[erempuan dari tetangaku datang kerumahku untuk mengucapkan selamat dan pesta sederhana. Pesta itu pun selesai dalam yang singkat. Walaupun sanggat sederhana, pesta itu mencerminkan kebahagian hati yang memenuhi langit dan bumi yang dilahirkan dari cinta karena Allah.
            Ketika Syaikh Sa’id bin Almusayyib ditanya orang tentang alasannya menikahkan putrinya dengan Abdullah dia menjawab:”Aku tidak pernah memandang masalah kaya atau miskin dalam menikahkan putriku denagan seorang, tetapi aku melihat seorang laki-laki yang aku kenal sebagai pahlawan dari para pahlawan kehidupan yang mempunyai senjata agama dan kemuliaan akhlak. Aku yakin bahwa ketika aku mengawinkan putriku dengannnya, dia akan memahami kemuliaan darinya dan kemuliaan suaminya. Oleh karena itu, bertemualh dua tabiat yang harmonis sedangkan kebahagiaan tidak akan timbul dari laki-laki dan wanita apabila tabiat mereka tidak cocok. Saya tahu dan semua orang juga tahu bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang akan dapat membeli kecocokan atau keharmonisan ini karena itu merupakan hadiah satu hati kepada hati yang lain sehingga keduanya saling terbiasa dan saling men-cinta.”
            Ibnu Wada’ah berkata:” Satu Minggu aku lewati masa pengantin baruku, seakan-akan aku berada di taman surga setelah itu aku minta izin kepadanya untuk keluar. Dia bertanya:”Mau kemana?” Aku menjawab: “Untuk menghadiri kuliah Sa’id.”Dia menjawab:” Duduklah disisni, aku akan mengajarkan kepadamu ilmu-ilmu Sa’id!”

Refrensi
Asy Syahawani,M.M.2001.Mempertajam Kepekaan Spritual.Bina Wawasan:Jakarta

Selasa, 09 November 2010

KATA-KATA MUTIARA

Dan janganlah kamu tnjukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagaibunga kehidupan dunia untuk kami coba mereka dengannya dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal(Taha 131) 
Sesungguhnya kebanyakan kesalahan anak adam terletak pada lidahnya . Tidak ada kebaikan pada kebanyakan berbisik-bisik mereka, kecuali bisik-bisik dari orang yang menyuruh memberi sedekah atau berbuat ma’ruf (An-Nisa114)
Dan kelak pasti Tuhanmu memberikan karuniaNya kepadamu, lalu hati kamu menjadi puas ( Qs. Adh- Dhuhaa)
Kekayaan itu ada dalam hati dan kefakiran pun ada dalam hati. Barang siapa dalam hatinya ada sikap kaya, maka takkan membahayakan dirinya apapun yang ada di dunia ini. Dan, barangsiapa dalam hatinya ada sikap fakir, maka takkan berguna baginya sebanyak apapun dari dunia ini, karena dia mengangap dirinya termasuk dunia (HR.Ath-Thabrani dari Abu Dzar)

Janganlah mengangap remeh suatu kebajikan meskipun hanaya bertemu saudaramu dengan wajah yang ceria (HR.Muslim 2626)
Telah diharamkan atas api neraka setiap orang yang bersikap mudah, lembut, luwes dan dekat dengan sesama manusia (HR.Ahmad Bin Hambal 3742)
Orang muslim yang sesungguhnya adalah yang menyelamatkan muslim lainya dari kejahatan lisannya dan tangannya dan orang mukmin yang sebenarnya adalah orang-orang yang membuat aman atas darah dan harta mereka (Shahih Al-Jami 6710)
Semua manusia pada hakikakatnya tertidur di dunia ini dan ketika mereka mati barulah mereka tersadar. (Rasulullah saw)
Tiga hal yang menghancurkan ialah, kikir yang dipatuhi, hawa nafsu yang dituruti dan kekaguman seseorang pada diri sendiri. (Muhammad saw)

Dunia itu hijau dan manis namun yang paling bahagia adalah yang paling membenciny,sedangkan yang paling sengsara adalah yang paling mengiginkannya. Dunia akan menipu orang yang minta  nasehatnya dan menyesatkan orang yang menaatinya. Dunia adalah tempat kesusahan buakan kesenangan. Orang yang mengetahuinya, tidak gembira dengan kelapangan yang didapat atau bersedih karena kesengsaraan yang dialami. Allah swt menjadikan pahala akherat sebagai kompensasi  dari ujian dunia. (Rasulullah saw)

Barang siapa berkeinginanuntuk diberi ilmu oleh Allah swt, tanpa belajar dan dikaruniai petunjuk tanpa hidayah maka hendaklah ia hidup zuhud  di dunia ( Rasulullah saw)

Tidak ada seoarangpun yang membelah sesama muslim yang sedang dicabik-cabik kehormatan dan harga dirinya kecuali akan diberi pertolongan dari Allah swt dimana ia membutuhkan pertolongan-Nya dan tidak seorang pun yang membiarkan seaudaranya sesama muslim dihancurkan kehormatannya kecuali akan dihinakan oleh Allah swt ketika ia membutuhkan perolongan. (Muhammad saw)

Jika anda tidak memiliki apa-apa, sesunguhnya sedekah tidak harus dengan harta, tetapi tiap kalimat yang indah, syafaat, perlapangan dalam kebutuhan, mengunjungi orang- orang sakit, mengantar jenazah dan segala bantuan yang dapat menyenangkan hati orang-orang islam lainya dapat dikatagorikan sebagai sedekah (Rasulullah saw)
Umatku yang paling jelek adalah mereka yang makan makanan mewah dan tubuh mereka menjadi tembun karena makanan mewah tersebut, sunguh mereka telah dipesonakan oleh bermacam-macam jenis makanan, pakaian dan pembicaraan yang terlalu banyak. (Rasulullah saw)
Barangsiapa meningalkan perdebatan padahal ia benar, maka akan dibangunkan baginya satu rumah di surga teratas dan barangsiapa meningalkan perdebatan karena ia salah, maka akan dibangukan untuknya sebuah rumah di surga bagian bawah (Muhammad saw)
 
Orang-orang yang cedas adalah orang-orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk kehidupan akhirat dan orang yang dungu adalah yang menurutkan nafsunya dan bertemani (berangan-angan) Kepada Allah swt (Al- Ghazali)
Kebesaran jiwa dan kebebasan nurani, tak dapat dibeli dengan emas separuh bumi atau dengan siksaan bagaimanapun dashyatnya. (Bilal Bin Rabah).
Rasulullah saw telah mnegajarkan kepada mereka supaya tidak mengatakan ”seandainya”, karena kata-kata itu menunjukkan kelemahan, sedang orang mu’min yang kuat tidak kehabisan akal dan tidak pernah lemah!.
Ingatlah Allah swt dikala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian (Salman Al-Farisi).
”Waspadalah akan tergelincirnya orang-orang yang berilmu! Dan kenallah kebenaran itu dengan kebenaran pula, karena kebenaran itu mempunyai cahaya. (Mu’adz Jabal).
Kesuksesan akan datang menghampiri jika dalam ikhtiarnya manusia  berhasil bersyukur, menikmati prosesnya dan menyerahkan seluruh urusan dan kepentingan hanya kepada Allah swt.
”Sebaik-baik kaya ialah kaya hati;
Sebaik-baik bekal ialah taqwa;
Seburuk-buruk buta ialah buta hati;
Sebesar-besar dosa ialah berdusta;
Sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
Seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
Siapa yang mema’afkan orang akan dima’afkan Allah;
Dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Alla swt. (Abdullah bin Mas’ud)
Aku telah ikut serta dalam pertempuran dimana-mana.
Seluruh tubuhku penuh dengan tebasan pedang,  tusukan tombak serta tancapan panah....
Kemudian inilah aku tidak sebagai yang kuingini, mati diatas tempat tidur, laksana matinya unta! Maka tidak akan tertidur mata orang-orang pengecut.(Khalid Ibnul Walid)

”Sebaik-baik kaya ialah kaya hati;
Sebaik-baik bekal ialah taqwa;
Seburuk-buruk buta ialah buta hati;
Sebesar-besar dosa ialah berdusta;
Sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
Seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
Siapa yang mema’afkan orang akan dima’afkan Allah;
Dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Alla swt. (Abdullah bin Mas’ud)
Aku telah ikut serta dalam pertempuran dimana-mana.
Seluruh tubuhku penuh dengan tebasan pedang,  tusukan tombak serta tancapan panah....
Kemudian inilah aku tidak sebagai yang kuingini, mati diatas tempat tidur, laksana matinya unta! Maka tidak akan tertidur mata orang-orang pengecut.(Khalid Ibnul Walid)

Yang sedikit mencukupi, lebih baik dari yang banyak membawa rugi..(Rasulullah saw)
Jangan engkau makan, kecuali yang baik.....
Jangan engkau usahakan, kecuali yang baik...
Dan jangan engkau masukan kerumah, kecuali yang baik..(Abu Darda’)
Kebaikan bukanlah karena banyak harta dan anak –pinakmu, tetapi kebaikan yang sesungguhnya ialah bila semakin besar rasa santunmu, semakin bertambah banyak ilmumu, dan kamu berpacu menandingi manusia dalam mengabdi kepada Allah Ta’ala! (Abu Darda’)
Kebaikan sebesar atom(dzarrah) dari orang yang taqwa dan yakin, lebih berat dan lebih bernilai daripada ibadatnya seumpama gunung orang-orang yang menipu diri sendiri...!(Abu Darda’)
   “Jenkel,tidak terima,sibuk memberi alasan,bahkan membalas mengkritikkepada orang yangmemberikan masukan kepada diri kita ,merupakan bukti kesombongan diri dan tak serius bertobat”

Senin, 08 November 2010

semuanya yang ada di dunia ini hanyalah sebuah ilusi sebuah tipuan mata yang sangat kuat dan sulit untuk dihapuskan