Rabu, 21 September 2011


Syaqiq al-Balkhi, berkata, “Ada lima tanda-tanda dari orang yang berbudi: watak lemah lembut dan berhati lembut, menumpahkan air mata penyesalan, zuhud dan tidak khawatir mengenai dunia, tidak berambisi dan memilki suara hati. Tanda-tanda seorang pendosa juga ada lima: keras hati, memiliki mata yang tidak pernah menangis, mencintai dunia dan keduniawian, berambisi, dan tanpa suara hati dan rasa malu.”
Nabi saw, menisbatkan empat sifat kepada orang yang berbudi:” Dia dapat dipercaya dan menjaga (apa) yang diamanatkan kepadanya dan mengembalikannya. Dia menepati janji-janjinya. Dia jujur dan tidak pernah berdusta. Dia tidak kasar dalam perdebatan dan tidak menyakitkan hati. Dia juga menyebut empat tanda-tanda dari pendosa;” Dia tidak percaya dan tidak dapat dipercaya dan tidak peduli dengan hal-hal yang dipercayakan kepada perlindungannya. Dia tidak menepati janji-janjinya. Dia berbohong. Dia bertengkar dan memaki ketika berdebat dan dia menyakitkan hati.”

Jumat, 16 September 2011

RINGKASAN BUKU "PETUNJUK KEJALAN YANG LURUS"


 ZUHUD
Siapa yang inggin tanaman akherat, maka Kami akan menambah tanamannya (hasilnya) dan siapa yang inggin (berusaha) tanaman dunia, maka Kami akan  memberi padanya dan dia di akherat tidak mendapatkan bagian. (Syura 20)
Sahl bin sa’ad r.a. berkata:
Seorang datang kepada Nabi saw dan berkata : tunjukan aku amal perbuatan bila sya kerjakan disayangi Allah dan dicinta oleh manusia? Jawab Nabi saw : Berzuhudlah di dalam keduniaan niscaya anda disayang oleh Allah dan jangan tamak terhadap apa yang ditangan manusia niscaya anda disayang oleh sesama manusia. (H.R. ibn Majah)
Atthabarani berkata: Kosongkan dirimu dari kerisauan dunia sedapat mungkin, sebab siapa yang lebih banyak kerisauannya mengenai dunia, maka Allah akan menyebarkan ladangnya, dan menjadikan rasa kemiskinan itu selalu membayang diruang matanya, sebaliknya siapa yang lebih banyak sibuknya mengenai akherat, maka Allah akan mengumpulkan semua urusannya dan menjadikan rasa kaya dan cukup itu menenangkan hatinya. Dan tiada seorang yang menghdapkan hatinya pada Allah, melainkan akan menjadikan hati kaum mu’minin merasa sayang dan kasih padanya dan Allah selalu menyegerakan untuknya segala kebaikan.
Alqadha’i meriwayatkan : zuhud pada dunia itu merahatkan hati dan badan (jasmani dan ruhani) dan inggin dunia itu memperbanyak risau dan sedih  dan libur (tidak bekerja) itu membekukan hati.
Attirmidzi meriwayatkan : zuhud di dunia itu bukan dengan mengharamkan yang halal atau menghambur-menghamburkan uang, tetapi zuhud pada dunia itu, supaya anda lebih percaya pada jaminan Allah lebih dari pada apa yang ditanganmu sendiri dan kesenanganmu pada pahala mushibah lebih dari pada bila selamat tidak terkena musibah.

RIYAA’
Maka siapa yang benar-benar mengaharap bertemu pada Tuhannya, maka hendaknya berbuat amal yang baik dan tidak mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu apapun. (Alkahfi 110).
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang sangat aku kuatirkan atas kamu, yalah syirik yang kecil (samat) yaitu Riyaa’. Kelak pada hari qiyamat Allah akan berkata terhadap orang-orang yang riyaa’ dalam amal perbuatan mereka: pergilah kamu kepada orang-orang yang dahulu kamu riyaa’ (inggin dipuji dan dilihat mereka) di dunia, lihatlah apakah kamu bisa mendapatkan balasan pahala dari mereka? (H.R. Ahmad)
Hikayat:
Sesorang menjamu sufyan Atstsauri serta kawan-kawannya, lalu ia berkata pada istrinya : Keluarkan hidangan dalam talam, tetapi yang saya bawa ketika haji yang kedua. Maka Sufyan Atstsauri berkata : Kasihan (miskin) orang itu telah menggugurkan (merusak) pahala kedua-dua hajinya itu.
UJUB DAN SOMBONG
Pahala sorga yang di akherat itu, Kami sediakan untuk mereka yang tidak mengigikan kebesaran di bumi (di dunia) dan tidak berbuat kejahatan (kerusuhan) dan akibat (kesudahan) yang baik itu tetap bagi orang-orang yang bertaqwa. (Alqashash 83)
Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi dari pada iman, Dan tidak akan masuk surga hatinya ada seberat biji sawi dari sombong. (H.R. Muslim, Abu Dawud)
Abu Naiem meriwayatkan : Nabi saw bersabda: Siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal salih, berarti telah tersesat dari pada mensyukurinya dan gugur amal perbuatannya.
Rasullullah saw bersabda:
Siapa yang merasa dirinya besar, lalu sombong dalam jalannya, maka ia akan menghadap pada Allah, sedang Allah murka padanya. (H.R. Ahmad)
TAWADHU’
Ibn Abud Dunia meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda : Tawadhu’ (merendah diri) itu tidak akan menambah kepada seseorang kecuali ketinggian karena itu bertawadhu’lah kamu, semoga Allah meninggikan derajatmu. Dan pemberiaan maaf itu tidak menambah sesuatu bagi seseoarang kecuali kemulyaan, karena itu maafkanlah olehmu, semoga Allah memulyakan kamu. Dan sedekah itu tidak akan menguranggi harta, melainkan akan bertambah banyak, maka bersedekahlah kamu semoga Allah merahmati kamu.
Abu Naiem meriwayatkan : Nabi swa bersabda: Bertawadhu’lah kamu, dan duduklah bersama orang-orang miskin, niscaya kamu menjadi orang-orang besar disisi Allah, dan terlepas dari sifat sombong.
MARAH
Atthabarani meriwayatkan:
Siapa yang dapat menahan mmarahnya karena Allah, maka Allah akan menghindarkan dari siksa-Nya.
Abu Dawud dan Ibn Abid Dunia meriwayatkan: Nabi saw bersabda:
Siapa yang dapat menahan marahnya, padahal ia kuasa untuk melampiaskan marahnya itu, maka Allah akan memenuhi hatinya  dengan iman dan rasa aman ketenangan.
Ibn Asakir meriwayatkan: Nabi saw bersabda:
Pasti mendapatkan kasi sayang Allah, orang yang mengalami sesuatu yang memerahakannya, tetapi ia tetap sabar (tidak marah).
GHIBAH (MENYEBUT KEJELEKAN ORANG)
Hai orang-orang yang beriaman jauhilah kebanyakan dari sangka-sangka itu, karena sebagian dari pada sangka-sangka itu berdosa dan jangan menyelidiki kesalahan orang dan janganlah sebagian kammu menggunjing (mengumpat) sebagian yang lain, sukakah sekiranya seoranng makan daging saudaranya yang telah mati, tentu kamu jijik. Karena itu bertaqwalah pada Allah sungguh Allah maha penerima tobat lagi penyayang. (Alhujurat 12).
Jabir da Abu Saeid r.a. keduanya berkata : Rasulullah saw bersabda:
Awaslah kamu dari   ghibah, karena ghibah itu lebih berat dari pada berzina. Ditannya : Bagaimanakah? Jawabnya : sesunggguhnya seorang yang berzina bila bertobat, maka Allah memberinya tobat (maaf), tetapi orang yang ghibah tidak akan diampunkan oleh Allah, sehingga dima’afkan oleh orang yang dighibah itu. (H.R. Albaihaqi, Atthabarani, Abu Asysyaikh, Ibn Abid Dunia).
NAMIMAH (MEMFITNAH/MENGADU DOMBA)
Dan jangan kamu ikuti orang-orang yang banyak bersumpah, lagi hina. Yang banyak mencelah menyebar fitnah.(Alqalam 10-11)
Hudzaifah r.a. berkata: Nabi saw bersabda:
Tidak akan masuk surga tukang fitnah(adu-adu)(H.R. Bukhari, Muslim).
DUSTA
Ahmad dan Abusy Syaikh meriwayatkan : Nabi saw bersabda:
Awaslah kamu dari dusta, karena dusta itu  menyalahi iman.
Attirmidzi, dan Abu Naiem meriwayatkan: Nabi saw bersabda:
Jika seorang hamba itu berdusta, maka Malaikat itu menjauh dari padanya sejauh satu mmil, karena sangat busuk bau perbuatannya itu.
USAHA
Abu Burdah bin Nivar berkata: Rasulullah saw bersabda:
Seutama-utama usaha penghasilan itu talah jual beli yang jujur dan penghasilan yang didapat dari pekerjaan tangan sendiri.(H.R. Ahmad dan Atthabarani).
Ibn Abbas r.a. berkata: Nabi saw bersabda:
Siapa yang pada sore harinya merasa capai (lelah) dari amal usaha yang dilakukan dengan kedua tangannya sendiri, maka ia pada sore itu telah diampunkan dosanya.(H.R. Atthabarani).
Almiqdad r.a. berkata : Nabi saw bersabda:
Tiada seorang makan makanan yang lebih baik dari pada seorang yang makan dari hasil amal usaha tangannya sendiri.(H.R. Ahmad, Bukhari)
Uqbah bin Almundzir r.a. berkata : Nabi saw bersabda:
Sesungguhnya nabi Musa as telah menjdi buruh selama delapan atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan (kemaluannya) dan isi perutnya.(H.R. Ahmad, Ibn Majah)
HAK-HAK TETANGGA
Semabahlah Allah dan janganlah mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan terhadap ayah dan ibu harus berlaku baik dan terhadap famili dekat dan anak yatim, orang miskin, tetangga sefamili, tetanga yang bukan sefamili dan kawan dalam perjalanan.
Albazar dan Atthabarani meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:
Tidak beriman (percaya) kepadaku orang yang semalam kenyang sedang ia mengetahui bahwa tetangga yang disamping rumahnya menderita kelaparan.
Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah saw bersabbda:
Siapa yang benar beriman pada Allah dan hari kemudian, maka janganlah menggangu tetangganya  dan berpesan-pesan baiklah kamu terhadap tetangga.`

RINGKASAN BUKU "NILAI WAKTU MENURUT ULAMA"

 
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menentukan jumlahnya. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar akan (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hijan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar dilautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan pula sungai-sungai.
Dan Dia telah menundukan pula bagimu matahar dan bulan yang terus beredar dalam orbitnya, dan telah menundukan bagimu malam  dan siang.
Dan Dia telah memberikan kepadamu keprluanmu dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menentukan jumlahnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan ingkar akan nikmat Allah.” (QS. Ibrahim: 32-34)
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugrahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 35)
 Setiap yang akan datang, akan cepat lewat dan sirna. Ia berlalu bagaikan awan, bahkan lebih cepat dari pada awan kemudian akan lenyap berserta apa yang ada di dalamnya dan tak akan pernah kembali kepada kita kecuali bekas dan kenangannya saja.
Al Abbas Al ‘Alawi, rahimahullah, berkata, “Ketahuilah, bahwa pikiranmu tidak bisa menampung segala sesuatu yang ada, maka fokuskan pada yang penting-penting saja. Dan harta kekayaanmu tidak bisa mencukupi kebutuhan semua orang, maka berikanlah kepada orang-orang yang sangat membutuhkan. Keramahanmu tidak bisa tercurah kepada semua orang, maka curahkanlah kepada orang-orang yang memahami arti keutamaan. Malam dan siangmu tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhanmu, meskipun engkau bekrja siang malam, maka bagilah aktivitasmu dan cari ketenangan hidupmu. Sebab, apabila pikiranmu sibuk dengan hal-hal yang penting, berarti engkau telah meremehkan hal-hal yang penting.
“Semua yang telah lewat adalah mati, sedang apa yang dicita-citakan masih gaib di sana. Maka satu-satunya kesempatan bagimu adalah waktu dimana anda sekarang berada.” (Ulama)
“Apabila seseorang bersemanggat tinggi, akan tinggi pula cita-citanya dan orang yang berjiwa rendah akan selalu puas dengan yang rendah.” (syair)
Ketumaan yang sempurna akan didaptkan apabilah telah terpadu antara ilmu dan amal.
“Tidak semua orang yang mengiginkan keindahan dapat memperolehnya, dan tidak semua orang yang berusaha bisa menyelesaikannya.” (Abu At Thayib)
Tapi seorang hamba wajib terus berusaha, sebab semua akan dimudahkan menurut apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Pertolongan.
Sesuatu yang sangat penting dan sangat membantu dalam menggunakan waktu adalah perencanaan aktivitas yang baik,jauh dari majlis-majlis yang tak berguna, meningalkan rasa selalu ingin tahu dalam segala hal, berteman dengan orang-orang yang berjiwa patrioat, panda, cerdas dan yang selalu memperhatikan waktunya, banyak membaca kisah-kisah ulama, dapat merasakan nikmatnya penggunaan waktu untuk memperoduksi karya-karya ilmiah, selalu asyik belajar, suka menambah pengetahuan dan menguji pengetahuan-pengetahuan, yang didapatkan.
“jika modal hidupmu adalah umurmu, maka waspadalah, jangan kau infakan di jalan yang tidak benar. Karena di dalam pergantian siang dan malam terdapat pergolakan yang tentara-tentaranya akan membawa kepada kita segala macam keajaiban dan hal-hal yang tak terduga.”( Al Qadhi Khalllikan)
“Apabila telinga bayi yang baru lahir telah di azani, maka telah datang awal kehidupan. Dan apabila telah didirikan salt, berarti telah tiba waktu kematian. Hal ini menunjukkan, bahwa hidup ini hanya sejenak tidak lebih seperti jarak antara azan dan salat.” (Syair)
“Dan Allah menetapkan ukuran siang dan malam.” (QS. Al Muzammil: 20)