Kamis, 16 Desember 2010

JANGANLAH BERPUSTUS ASA DARI KEIMANAN DAN MENGHARAP PAHALA DARI ALLAH SWT



            Seorang wanita melakukan operasi jantung untuk anaknya. Anak yang masih kecil sekali, umurnya pun baru dua tahun setengah. Setelah dua hari dari masa operasi, si anak dalam keadaan yang cukup sehat. Tetapi tiba-tiba terjadi luka pada pembuluh darahnya, hingga berhenti aliran darah ke jantung selama 45 menit.
            Salah seorang dokter mengatakan pada si Ibu, “kemungkinan anak Ibu ini akan menderita pendarahan pada otaknya dan sepertinya tidak ada harapan untuk hidup.”
            Tahukah apa yang diucapkan oleh si Ibu? dia hanya berkata,”Yang Menyembuhkan  dan Memberikan kesehatan hanyalah Allah. Aku memohon kepada Allah, bila kesembuhan lebih baik bagi anakku ini, maka Dia akan sembuhkan.
            Hanya itu saja yang diucapkan oleh si Ibu, tak lebih dari itu. Kemudian ia berputar arah, mengambil mushaf  al-Qur’annya yang kecil ukurannya dan biru warnanya, ia membaca al-Qur’an sambil duduk. Begitulah kadaan si Ibu, terus membaca…. Samapai anaknya itu mulai bergerak perlahan. Puji syukur hanya bagi Allah…! Anak itu bergerak…hidup.
            Pada keesokan harinya hari kedua, luka pendarahan itu terulang kembali, hingga terhenti pula kerja jantungnya. Kejadiaan itu berulang pada hari-hari berikutnya sebanyak enam kali. Kami selaku dokter pun mengulangi perkataan kami pada si Ibu, “sebenarnya anak ibu sudah mati peredaran otaknya.” Namun tetap saja si ibu mengucapkan, “Alhamdulillaah, segala puji milik Allah…Yang Menyembuhkan hanyalah Allah…Dia-lah Yang Memberi kesehatan.” Ia terus mengulang-ulang ucapannyaitu dengan penuh ketenangan dan keyakinan. Lalu ia berpaling, untuk kembali meneruskan bacaan al-Qur’annya.
            Enam Minggu kemudian …. Setelah para dokter memasangkan selang pernapasan buatan yang diletakkan ke lubang pembuluh darah yang luka itu. Tiba-tiba terjadi kebocoran besar pada pembuluh otaknya. Dokter berkata” gawat…. Anak anda ini dalam kondisi kritis.” Tetapi si ibu lagi-lagimengucapkan,”Yang Menyembuhkan itu, hanyalah Allah.” Kemudian ia melanjutkan bacaan al-Qur’annya kembali. Tak lama kemudian dua Minggu setelah peristiwa itu ia pun mengalami kesembuhan. Seminggu sesudah kesembuhannya, serangan datang kembali, terjadi penghentian dan pembengkakkan yang membuat demam sekujur badan hingga akibatnya terjadi pula lemahnya fungsi sua ginjal….hampir membuatnya mati.
            Menghadapi kejadian ini, sang ibu masih konsisten dengan sikapnya yang tegar menghadapi cobaan yang diderita anaknya tersebut, ia menyerahkan urusan  ini bulat-bulat hanya kepada Allah.” Dan kemudian meneruskan bacaan al-Qur’annya.
            Setelah kondisinya membaik, kembali datang gangguan penyakit lainnya yang cukup aneh….belum pernah ku saksikan yang seaneh itu. Dalam masa empat bulan pasca operasi, ia terkena pembenngkakan lagi di katup pembuluh darah disekitar jantungnya. Akibatnya adalah harus dibukanya kerangka dadanya dan dibiarkan terbuka agar bisa keluar aliran nanah yang kotor itu.
            Sang ibu mendekati anaknya dan terus mengulang-ulanng do’a, “Aku mohon kepada Allah swt menyembuhkannya. Dia-lah Mahapenyembuh segala penyakit dan Maha memberikan kesehatan .” lalu ia berpaling pergi.
            Enam bulan masa yang cukup panjang bgi anak tersebut berada dalm penderitaan yang tak terperi…, ia tidak mampu melihat, berbicara dan bergerak dan dadanya tetap terbuka. Kami pun hampir menduga bahwa ini adalah penghabisan dan akhir dari kehidupannya. Jantungnya berhenti tidak berdetak, ;lima sampai enam kali.
            Tetapi yang lebih penting dan istimewah dari kejadian-kejadian tersebut adalah kondisi sang ibu yang tetap teguh, tak gentar menghadapi penderitaan ini. Ia tetap saja membaca al-Qr’an dengan penuh kesabaran. Tidak keluar dari mulutnya keluh kesah, kecuali ia tumpahkan di depan Allah dalam kesendiriannya dan dalam do’a-do’anya.
            Tidak tampak pula kepanikan pada raut wajahnya maupun sikapnya, tenang…berbeda sekali dengan sikap kebanyakan orang yang menungui dan menjaga pasien hingga terganggu kesehatan orang-orang tersebut, secara fisik atau pun secara kejiwaan.
            Demi Allah, wahai saudara-saudarku. Dia dan suaminya tidak sedikit pun panik dengan banyak bertanya kepada ku sebagai dokter yang menagani anaknya tersebut. Bila sang suami akan bertanya kepadaku dengan segera istrinya itu berusaha menenangkannya, menghilangkan rasa gelisahnya, dan mengingatkannya bahwa Penyembuh yang hakiki hanyalah Allah.
            Yang jelas, setelah dua bulan dipindahkannya anak tersebut ke Unit Perawatan Anak, terjadi perubahan yang drastis, hingga si anak tersebut sudah mulai bisa berjalan kaki menuju rumahnya, maupun melihat dengan baik dan berbicara dengan lancar seperti semula, tak kurang satu apa pun, alhamdulillaah…‼
            Kisahh ini belum selesai, tetapi masih ada saja keajaiban berikutnya. Satu tahun setengah kemudian, sang wanita yang bertakwah itu bersama suaminya datang kepadaku untuk pamitan mengucapkan salam, karena mereka akan mengadakan acara untuk anaknya yang sudah sembuh tersebut. Saat bertemu dengan mereka berdua itu, aku melihat wanita itu menggendong anak kecil yang umurnya sekitar dua bualn. Aku katakan pada suaminya ,”Maasyaa Allah..tetunya anak ini yang nomor enam atau tujuh di keluarga anda.” Suami itu menjawab,”Tidak….ini adalah yang kedua. Anak pertama yang pernah engkau obati itu lahir tujuh belas tahun setelah perkawinan kami.
            Subhaanallaah…‼ lihatlah wahai saudara-saudaraku. Seorang wanita , setelah tujuh  belas tahun baru mempunyai anak, alangkah sabarnya..‼ dan lebih dari itu …anak yang dilahirkan pertama itu hampir saja meninggal dihadapannya berulang-ulang, tetapi wanita tersebut nampaknya tidak mengenal kecuali satu kalimat “Laa ilaaha illallah” dan hanya Dia-lah Yang Menyembuhkan dan Yang Memberi kesehatan hanyalah Allah.
            Kepasrahan tawakkal semacam apa yang membuatnya seperti itu dan wanita semacam apakah dia???
            Keimanan yang kuat, itulah yang melahirkan tingkat kesabaran tinggi. Itulah bentuk keimanan dan keikhlasan wahai saudaraku yang kita butuhka dan ingginkan, walau pun sudah hilang rasanya di zaman  seperti kita ini kecuali pada orang-orang yang masih dikasihi Allah swt.
            Sebaliknya,, aku amat meyesalkan sebuah peristiwa dimana seorang pasien laki-laki yang akan menjalani proses operasi medis dalam keadaan gelisah dan taku secara berlabihahan. Peristiwanya adalah pada hari kemarin, ketika salah seorang pasien mengagetkanku hingga kau khawatir dengan banyaknya keluh kesah dari kegelisahannya terhadap keadaannya yang tak kunjung sembuh. Ternyata si pasienn ini seorang dosen universitas , namun rasa ketergabntungannya (tawakalnya) kepada Allah masih jauh dari statusnya sebagai seorang cenndikia..
            Probllematika sekitar tawakkal di antara kita wahai saudaraku menjadi menarik untuk dicermati, karena langkahnya kemunculan fenomena tersebut. Tahukah kalian apa penyebab dari kelangkaan tersebut??? Jawabannnya adalah shalat kita, shalat di malam hari yang jarang atau mungkin tidak pernah sama sekali untuk bangun malam mendirikan shalat, penyebabnya tentu rasa iman kita yang sedikit. Kita takut akan kematian, akrena amalan kita sangat sedikit, sementara dosa-dosa kita terlalu banyak menumpuk hingga akhirnya kita menduga-duga bahwa kita tidak dalam kondisi siap menghadapi kematian.  

Refrensi:
Ahmad bin Salim Bba Duwailan.2005.Akhirnya Pertolongan Itu Datang…Pustaka Ibnu Katsir:Bogor